Membuat Pedoman Praktikum Pelajaran Agama Katolik
Pelajaran agama Katolik pada hakekatnya merupakan pelajaran yang tidak hanya menuntut pemahaman secara kognitif tetapi juga mengharuskan untuk mengembangkan sikap secara spiritual, sosial dan psikomotor. Keempat komponen ini (spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan) merupakan hal yang melekat erat dalam pembelajaran pendidikan Agama Katolik pada jenjang manapun, yakni dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi.
Sikap spiritual dan sikap sosial tentu diperoleh dari observasi atau pengamatan dan jurnal; tingkat pemahaman (pengetahuan) didapat dari hasil ulangan harian dan penilaian akhir semester dan penilaian akhir tahun; dan pada tahap keterampilan diukur dari kesanggupan untuk mempraktekan materi tertentu yang telah dipilih oleh guru atau pendidik.
Pada kesempatan tidak dipaparkan tentang komponen untuk mengukur aspek spiritual, sosial dan kognit peserta didik. Tetapi hanya diuraikan tentang bagaimana menyusun pedoman praktikum mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. membuat pdoman praktikum pelajaran agama katolik tentu saja berbeda dengan pedoman praktikum pada mata pelajaran yang lazim membuatnya.
Foto Ilustrasi dari pexels |
Seringkali sebagai guru agama salah persepsi bahwa membuat pedoman praktikum hanya dikhususkan bagi mata pelajaran tertentu seperti Fisika, Kimia, dan Biologi. Pemahaman seperti ini sangatlah keliru sebab dalam pelajaran agama katolik pun dapat dibuat pedoman praktikum yang menuntun peserta didik untuk melakukan sesuatu, misalnya doa, sharing Kitab, Suci, Katekese, membaca Kitab Suci, memimpim doa, dan lain-lainnya.
Berikut ini merupakan contoh lengkap dari pedoman praktikum pendidikan agama katolik kelas Sebelas
Satuan Pendidikan: .......................
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik
Kelas/semester : XI/Ganjil
Tahun Pelajaran : ........................
Judul : Sharing Kitab Suci
Tujuan : Peserta didik dapat mengungkapkan iman akan iman tentang Gereja sebagai umat Allah dan persekutuan yang terbuka.
Dasar Teori :
Kitab Suci Perjanjian Lama juga mengajarkan kepada kita bahwa Kitab Suci menjadi sumber penuntun hidup manusia. Para pemazmur berkata bahwa Kitab Suci merupakan ”Pelita bagi kakiku dan cahaya bagi langkahku” (Mzm,119:105). Maka ayat ini mau mengatakan bahwa Kitab Suci merupakan penunjuk jalan disaat kita tersesat.
Berbicara tentang Sharing Kitab Suci dalam Perjanjian Baru, secara implisit terdapat dalam Injil Lukas 24:13-35 tentang Yesus menampakkan diri kepada dua orang murid di jalan Emaus. Yang menunjukkan adanya sharing Kitab Suci adalah “Dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketikamereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran” (Luk 24:15). Ayat ini menjadi contoh tentang sharing Kitab suci, karena kedua murid tersebut berbicara tentang perstiwa-perstiwa yang sudah terjadi atau lampau dan bertukar pikiran tentang pengalaman iman mereka bersama Yesus.
Kitab Suci adalah warisan umat Allah yang diteruskan kepada generasi berikutnya. Karena milik umat, Kitab Suci perlu dibaca, direnungkan, bersama-sama sebagai kelompok dan sebagai umat Allah (Tisera, 2002: 3). Karena itu Gereja menganjurkan semua umat beriman untuk sering membaca Kitab Suci karena “tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus” (Santo Hieronimus). Maka sangat penting bagi setiap orang Kristen memiliki hubungan pribadi yang hidup dengan Sabda Allah yang diberikan kepada kita dalam Kitab Suci. Dialog dengan Kitab Suci harus memiliki dua dimensi. Di satu sisi, dialog ini harus menjadi dialog pribadi karena Allah berbicara dengan setiap kita melalui Kitab Suci dan Kitab Suci itu juga memiliki pesan untuk setiap kita.
Sikap-sikap yang perlu diperhatikan dalam Sharing Kitab Suci, antara lain:
A. Sikap beriman, berarti bahwa mereka memiliki:
Hati yang baru (bdk 1Kor 2:14 : manusia duniawi tidak menerima apa yang yang berasal dari Roh Allah). Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan Roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap perpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya (Yeh 36:26-27) ( Tisera, 2002: 22).
Hati yang dahaga: “sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan” (bdk 1Ptr 2:2). Dengan rendah hati selalu mencari air pemuas dahaga dari Allah, Sabda-Nya, agar bertumbuh sebagai jemat-Nya.
Hati yang sedia belajar: kerelaan untuk belajar dan terus belajar. Hati yang tidak pernah mengatakan, “sekarang sudah cukup”: hati yang sedia belajar dari orang lain (bdk Yes 50:4).
Hati seorang Murid: “Mintalah, carilah, ketoklah..”(Mat 7:7). Kerelaan untuk selalu membaca Kitab Suci dan ambil bagian dalam kelompok sharing Kitab Suci.
Hati yang patuh: (bdk Mzm 119:98-100). Kesediaan untuk menjawab apa yang ditunjukan Allah dalam Kitab Suci dengan menghayatinya dalam hidup setiap hari ( Tisera, 2002: 23).
Terbuka kepada Roh Kudus, sikap ini penting sebab Kitab Suci ditulis karena ilham Roh Kudus (bdk Yoh 20:31; 1Tim 3:16) (Seran, 2007: 196).
B. Sikap doa, doa adalah unsur paling penting dalam sharing Kitab Suci. Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dei Verbum art 25 dengan jelas mengungkapkan betapa pentingnya doa untuk mengerti dan menghayati Sabda Allah. Hendaknya disadari akan perlunya doa menyertai pembacaan Alkitab, agar terjadi dialog antara Allah dan manusia yaitu bila manusia berdoa, ia sedang menyapa Allah dan Allah mendengarkannya dan bila manusia membaca Alkitab, ia mendengarkan Allah yang sedang berbicara kepadanya (Tisera, 2002: 24).
Persiapan : Ruangan yang pantas, menciptakan suasana hening
Alat dan bahan : meja, kursi, salib, lilin, kain meja berwarna putih, bunga hidup
Petunjuk :
A. Pendahuluan :
- Peserta didik dibagi dalam 3 kelompok yang sudah disepakati bersama
- Setiap kelompok tediri dari 5 orang
- Guru menyediakan nomor undi (1 sampai 3)
- Kelompok yang mendapat nomor undi 1 mendapat kesempatan pertama demikian seterusnya sampai nomor undi 5
- Guru memberikan teks Kitab Suci yang akan disharingkan
- Guru bertindak sebagai pelancar
B. Kegiatan Inti
- 1Pertama, Mengundang Tuhan. Kita mengundang Tuhan untuk menciptakan suasana doa dan mengingatkan masing-masing bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah kita, sehingga terbuka bagi Sang Sabda yang sungguh hadir dalam iman.
- Kedua, Membaca Teks Kitab Suci.
- Ketiga, Memperhatikan Teks. Peserta diajak masuk ke suasana hening, membaca kembali teks dalam hati. Memilih kata atau kalimat singkat yang menantang, menggugah kemudian Fasilitator mempersilahkan mengungkapkan kata, ungkapan atau kalimat singkat yang dipilih secara bergilir.
- Keempat, Membiarkan Tuhan berbicara. Mengungkapkan.
- Kelima, Saling berbagi apa yang di dengar dalam hati. Mencari Pesan Tuhan.
- Keenam, Bersama - sama mencari pesan Tuhan.
- Ketujuh, Berdoa secara bersama-sama.
C. Bentuk Instrumen : Lembaran observasi
D. Diakhir kegiatan setiap peserta didik wajib membuat refleksi.
Apa yang dipaparkan di atas merupakan salah satu cotoh pedoman praktikum mata pelajaran Pendidikan agama Katolik kelas Sebelas Semester ganjil. tentu bapak dan ibu guru pasti memiliki konsepnya sendiri dalam menyusun pedoman praktikum. model yang dibagikandi sini tentu masih banyak kekurangannya. Silakan bapak dan ibu guru menambahkan atau mengurangi yang sudah ada.
Kiranya contoh pedoman praktikum agama katolik yang dibagikan ini menginspirasi bapak dan ibu guru untuk menyusun pedoman praktikum dengan tema yang lain. Dan semoga membantu bapak dan ibu guru yang saat ini sedang mengumpulk Rekognisi Pembelejaran Lampau (RPL) dalam PPG dalam jabatan.
0 Response to "Membuat Pedoman Praktikum Pelajaran Agama Katolik "
Posting Komentar