Hati Nurani Sebagai Peringatan (I Samuel 24 : 1- 24) - Perangkat Mengajar Katolik SMA/SMK

Hati Nurani Sebagai Peringatan (I Samuel 24 : 1- 24)

Apa yang akan kita lakukan jika kita diberi kesempatan untuk membalas kejahatan dari orang yang selama ini membenci, memusuhi bahkan ingin membunuh kita? Apakah kita memakai kesempatan itu? atau melewatkan kesempatan itu dengan tetap mengasihi dan mengampuni perbuatanya. Jawabannya ada pada diri kita sendiri, namun dalam hati nurani kita pasti seolah-olah ada yang berkata” jangan lakukan itu. 

Bagaimana jika peringatan hati nurani ini  kita tepis dan kita tetap melakukan dosa? Jawabannya adalah lama kelamaan suara hati nurani ini akan semakin tidak terdengar, yang artinya kita telah terperangkap dalam jerat dosa. 

Dalam bacaan I Samuel 24 : 1- 24, Daud memperoleh kesempatan untuk menyingkirkan Saul yang selalu ingin membunuhnya dan teman-teman Daud mendorongnya untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan itu (ayat 5):

Gambar oleh Comfreak dari Pixabay 

Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud Telah tiba hari yang dikatakan Tuhan kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu kedalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kau pandang baik. 

Melihat perbuatan Saul, bukankah Daud berhak membela dirinya dengan menyingkirkan orang yang mengancamnya? Apalagi Tuhan sudah mempersilahkan Daud untuk berbuat sesuatu yang dipandang baik olehnya. Tetapi ternyata Daud tidak menggunakan kesempatan itu. Mengapa? Karena Daud mendengarkan hati nuraninya, maka ia memilih tidak membunuh Saul. Hal ini terlihat ketika ia memotong punca jubah Saul saja hatinya sudah berdebar-debar ( ayat 6) 

Apa yang dipandang baik oleh Daud ini akhirnya mendatangkan kebaikan bagi semua orang. Akhirnya Saul pun mengakui bahwa dirinya salah dan Daud benar. Saul bahkan meminta Daud jika kelak berkuasa tidak membalaskan perbuatan jahatnya dengan membinasakan keturunannya. 

Ada dua pokok pikiran urtama yang bisa dipetik dari bacaan kitab I Samuel 24: 1-24 ini, antara lain: 

Kesempatan hidup adalah ladang untuk memuliakan Allah. 

Daud sebagai seorang yang diberkati Tuhan telah menunjukkan kualitasnya dengan baik. Hal ini nyata ketika mempunyai kesempatan untuk  membalaskan perbuatan orang yang selama ini membencinya. Namun hal itu tidak ia lakukan karena bukan soal kepuasaan batin sebagai seorang yang dianggap saingan atau seteru bagi pribadi saul tetapi bagaimana ia tetap mengutamakan Tuhan sebagai empunya kuasa atas kehidupan manusia. 

Daud tidak ingin tangannya dilumuri darah orang yang telah di urapi Tuhan untuk menjadi raja Israel. Ia menyadari bahwa ketika ada kesempatan sekalipun, ia tidak berhak untuk membalas semua perbuatan Saul. Ia dengan besar hati dan iman yang teruji menunjukkan pada Saul bahwa kemenangan-kemenangan yang diraihnya atas setiap musuh-musuhnya adalah karunia dari Tuhan. 

Untuk itu, Daud menjadikan kesempatan hidup yang diberikan Tuhan padanya sebagai ladang atau tempat untuk memuliakan Tuhan dengan cara mengutamakan apa yang menjadi maksud Tuhan di dalam hidupnya. 

Hati nurani yang diperlengkapi dengan Firman Tuhan 

Hati nurani Daud yang selalu diperlengkapinya dengan Firman Tuhan adalah hal yang memampukan Daud untuk menyelami apa yang menjadi maksud Tuhan dibalik perintah-Nya. Ketika ia mendapatkan kesempatan, apa sikapnya?  Ia tidak mengutamakan kesenangannya, ia tidak mengutamakan kepuasaannya, ia tidak megutamakan kebebasannya, ia tidak mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. 

Walapun sebenarnya jika Saul mati, maka secara otomatis kekuasaan itu akan segera dia raih tanpa ada lagi penghalang. Otomatis dia akan menjadi raja melihat segala prestasi dan kemenangan-kemenangan yang telah diraihnya. Seandainya hati nuraninya tidak memperingatkannya melalui debaran jantungnya,mungkin Daud sudah melakukan yang sebaliknya

Sikap dan tindakan Daud adalah hal yang patut kita contohi dan teladani dalam hidup ini sebagai suatu kewajiban kita sebagai orang percaya,, dan bukan lagi kita jadikan Pekerjaan Rumah  karena ada begitu banyak Pekerjaan Rumah yang kita tunda, hanya demi kesenangan duniawi. 

Mari kita berfokus pada suara hati nurani kita yang akan semakin kuat jika selalu diperlengkapi dengan kebenaran Firman Tuhan dan mejadikan hidup ini sebagai ladang untuk memuliakan Allah. Amin. 


Penulis:
Herneta Maria Maghu, S.Pd
Staf Pengajar di SMA PGRI Waingapu, Sumba Timur, NTT

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hati Nurani Sebagai Peringatan (I Samuel 24 : 1- 24)"

Posting Komentar