Memahami Kerajaan Allah pada Zaman Yesus - Perangkat Mengajar Katolik SMA/SMK

Memahami Kerajaan Allah pada Zaman Yesus

A. Pendahuluan

Kehadiran Yesus di muka bumi ini sebagai Perantara antara Allah dan manusia. Yesus datang ke dunia membawa misi keselamatan bagi semua orang yang percaya kepadaNya. Keselamatan yang diwartakan Yesus berkaitan dengan kerajaan Allah. Namun sebelum Yesus tampil di depan publik, ada begitu banyak paham atau konsep kerajaan Allah yang sudah berkembang pada masyarakat Yahudi. Hal ini tidak terlepas dari keadaan yang dialami oleh bangsa Yahudi. Keadaan ini pula tentu mempengaruhi sikap atau perilaku setiap anggota kelompok terutama dalam hubungan mereka dengan sesama  maupun relasinya dengan Tuhan.

Berhadapan dengan kenyataan ini, Yesus mewartakan kerajaan Allah  sesuai dengan penghayatanNya. Yesus berusaha agar kerajaan Allah yang diwartakanNya itu mudah dipahami atau dimengerti oleh pendengarnya. Untuk maksud itu, seringkali Yesus menggunakan atau memakai perumpamaan-perumpamaan. Namun perlu diingat di sini bahwa Yesus tidak hanya menjelaskan atau mengajarkan kerajaan Allah tetapi Yesus berani menampilkan tanda-tanda kerajaan Allah melalui tindakanNya yang nyata.

Ada dua pokok bahasan utama yang akan dipaparkan agar lebih memahami dan mengerti perjuangan Yesus dalam mewartakan kerajaan Allah. Kedua pokok bahasan tersebut antara lain: Gambaran Kerajaan Allah pada Zaman Yesus, dan Yesus mewartakan dan memperjuangkan kerajaan Allah.

Kerajaan Allah

B. Gambaran tentang Kerajaan Allah pada Zaman Yesus

Gambaran tentang kerajaan Allah pada zaman Yesus tidak terlepas dari situasi bangsa Yahudi yang mencakup latar belakang geografis, politik, ekonomi, sosial dan religius. Untuk bisa memahami kerajaan Allah yang diwartakan dan diperjuangkan Yesus, harus juga memahami situasi yang dialami oleh bangsa Israel (Yahudi) di atas. Mari kita melihatnya satu persatu dalam pembahasan berikut ini:

  • Keadaan Geografis: Sejak abad pertama masehi tanah Israel resmi disebut Yudea. Namun setelah perang Yahudi tahun 135 disebut Siria-Palestina hingga pada akhirnya menjadi Palestina. wilayah Palestina pada zaman Yesus meliputi wilayah Yudea, Samaria dan Galilea. wilayah Yudea terletak di Palestina Selatan yang merupakan daerah pegunungan dan terletak disekitar Yerusalem dan Bait Allah. Wilayah Samaria terletak di Palestina bagian tengah yang dihuni oleh penduduk samaria yang menurut keyakinan orang Yahudi, orang Samaria bukan orang Yahudi asli tetapi keturunan campuran Yahudi dan bangsa kafir. Dan, wilayah ketiga yakni Galilea terletak di Palestina bagian Utara. Di Galilea ini terdapat Nazaret yang menjadi tempat tinggal Yesus.
  • Keadaan Ekonomi: Penduduk Palestina pada zaman Yesus berjumlah kurang lebih lima ratus ribu jiwa. Penduduk umumnya memiliki lahan pertanian yang sebagian besar dikuasai para tuan tanah. Lahan-lahan ini digunakan untuk menanam gandum, jagung dan peternakan yang luas. Rakyat kecil umumnya sebagai penggarap dan penggembala. sebagian besar penduduk Palestina adalah rakyat kecil dengan tingkat perekonomian yang parah. Situasi ini juga diperparah oleh penjajahan bangsa Romawi
  • Keadaan Politik: Secara politik dalam enam abad sebelum Yesus, Palestina berada di bawah penjajahan Kerajaan Persia (538-332 SM), Yunani (332-62/50 SM) dan kekaiseran Romawi (62/50 SM sampai zaman kekristenan sesudah masehi). Secara ke dalam, masyarakat Palestina dikuasai oleh raja-raja serta pejabat-pejabat boneka yang dipilih oleh penguasa Romawi. Selain itu masih ada juga tuan-tuan tanah yang kaya raya serta kaum rohaniwan yang cenderung menindas rakyat kecil.
  • Keadaan Sosial Budaya: Masyarakat Palestina pada zaman Yesus terbagi dalam kelas-kelas sosial baik di daerah pedesaan maupun daerah perkotaan. Di daerah pedesaan terdapat tiga kelompok masyarakat yakni tuan tanah, pemilik tanah kecil dan pengrajin, dan kelompok yang ketiga  adalah kaum buruh dan para budak. Sedangkan di daerah perkotaan juga terdapat tiga tingkatan dari yang tertinggi yakni kelompok aristokrat yang terdiri atas para imam, pedagang-pedagang besar dan pejabat-pejabat tinggi, kelompok menengah bawah terdiri dari para pengrajin, pejabat-pejabat rendah, awam atau imam dan kaum Lewi, dan kelompok sosial yang paling rendah adalah kaum buruh. Selain kelompok-kelompok sosial di atas, terdapat juga kelompok masyarakat yang terpinggirkan yakni para pendosa seperti pelacur, pemungut cukai, penderita kusta. 
  • Keadaan Religius Keagamaan: Kehidupan religius orang Yahudi berpedoman pada hukum Taurat. kelompok masyarakat Yahudi yang berusaha menjaga warisan hukum Yahudi ini adalah orang Farisi dan para imam. Mereka berusaha menerapkan hukum taurat pada setiap detail kehidupan mereka. Orang-orang Farisi suka memperluas tuntutan kebersihan yang berlaku bagi para imam dan seluruh rakyat Yahudi. Mereka kadang memanipulasi hukum taurat untuk kepentingan mereka sendiri dan hal ini menciptakan beban bagi rakyat kecil.

Setelah mendalami latar belakang kehidupan masyarakat Yahudi pada zaman Yesus, berikut ini akan dibahas tentang paham kerajaan Allah dalam masyarakat Yahudi pada zaman Yesus. Latar belakang kehidupan masyarakat Yahudi sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas tentu saja berdampak pada munculnya berbagai paham kerajaan Allah. Paham kerajaan Allah ini sangat dipengaruhi oleh paham kelompok tertentu, berdasarkan budaya dan kepentingan. Berikut ini adalah paham kerajaan Allah yang berkembang pada zaman Yesus, antara lain:

  • Kerajaan Allah yang bersifat Nasionalistis: Berdasarkan paham ini, kerajaan Allah adalah kerajaan Israel yang merdeka dan bebas dari penindasan bangsa kafir (Romawi). Paham ini dipelopori oleh kaum Zelot yang tidak menginginkan bangsa Israel dijajah oleh bangsa Romawi yang kafir. Kelompok ini sering melakukan pemberontakan terhadap bangsa Romawi.
  • Kerajaan Allah yang bersifat Apokaliptik: menurut paham ini, kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan yang akan terwujud pada akhir zaman. Zaman yang jahat akan dilenyapkan oleh Allah dan kerajaan Allah akan terwujud di muka bumi dan langit dan bumi baru yang dijanjikan Allah akan terwujud.  Kelompok ini terdiri dari orang-orang yang menantikan atau merindukan akhir zaman dan zaman baru akan muncul.
  • Kerajaan Allah yang bersifat Legalistik: paham ini dipelopori oleh para rabi (orang Israel yang berkedudukan sebagai guru atau pengajar). Kerajaan Allah menurut kelompok ini adalah Allah sekarang sudah meraja secara hukum dan pada akhir zaman Allah akan menyatakan kekuasaannya sebagai raja semesta alam dan akan menghakimi semua bangsa. Menurut kelompok ini, Bangsa Israel dijajah oleh bangsa kafir karena dosa. Namun bangsa Israel akan mengalahkan bangsa kafir jika taat terhadap hukum taurat.

Konsep atau paham tentang kerajaan Allah di atas dimiliki oleh kelompok yang kuat pada masa Yesus sehingga konsep kerajaan Allah yang mereka agungkan sangat berpengaruh dalam kebudayaan bangsa Israel.

Setelah mempelajari latar belakang kehidupan bangsa Israel dan konsep kerajaan Allah pada masa Yesus, berikut ini akan dijelaskan tentang paham kerajaan Allah dalam pewartaan Yesus sendiri.

C. Kerajaan Allah dalam Pewartaan Yesus

Misi kehadiran Yesus ke dunia adalah mewartakan sekaligus mewujudkan kerajaan Allah. Yesus menegaskan bahwa kerajaan Allah sudah dekat dan dalam pewartaanNya Yesus menekankan bahwa kerajaan Allah merupakan keadaan di mana Allah merajai kehidupan manusia. Allah yang meraja itu sudah nyata dalam diri Yesus Kristus yang nyata melalui sabda serta tindakannya dan akan mencapai kepenuhannya pada akhir zaman. Perkataan dan tindakan Yesus menunjukkan bahwa kerajaan Allah sudah datang. 

Berikut ini akan disajikan secara rinci tentang paham kerajaan Allah dalam pewartaan Yesus:

  • Kerajaan Allah merupakan Allah yang meraja dan memerintah, sehingga dengannya manusia harus mengakui kekuasaan Allah dengan berserah diri dan percaya kepadaNya agar tercipta kebenaran, keadilan, kesejahteraan dan kedamaian.
  • Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus ini akan mencapai kepenuhannya pada akhir zaman. Pada akhir zaman itulah Allah sungguh-sungguh akan meraja dan untuk maksud itu, kerajaan Allah terkait dengan penghakiman terakhir dan ukuran utama untuk penghakiman itu adalah tindakan kasih. Mereka yang melaksanakan tindakan kasih akan masuk kedalam kerajaan Allah (Mat 25: 31-45).
  • Kerajaan Allah yang mencapai kepenuhan pada akhir zaman itu kini sudah dekat bahkan sudah datang dalam sabda dan karya Yesus. Oleh karena itu orang harus menanggapinya dengan bertobat dan percaya akan kabar gembira (Injil) yang diwartakan Yesus.
  • Kerajaan Allah merupakan kabar mengenai masa depan dunia di mana orang miskin tidak lagi miskin, orang lapar akan dipuaskan, orang yang tertindas akan dibebaskan. Namun perlu diketahui bahwa untuk bisa mencapai masa depan yang demikian dibutuhkan perjuangan dan Yesus terus menerus berjuang agar hal itu bisa terwujud.
  • Perjuangan Yesus untuk mewujudkan kerajaan Allah belum selesai karena itu Yesus memberikan tugas kepada para pengikutnya untuk melanjutkan perjuangan itu agar Allah sungguh-sungguh meraja.

D. Yesus Mewartakan dan Memperjuangkan Kerajaan Allah

Yesus mewartakan kerajaan Allah dengan memakai perumpamaan-perumpamaan. Perumpamaan itu diambil dari hal-hal yang paling dekat dengan kehidupan para pendengarnya. Perumpamaan yang dipakai antara lain tentang penabur,biji sesawi, pukat, pedagang, mutiara, dan lain-lain masih banyak lagi. Yesus berharap agar pewartaanNya itu membuat pendengarnya mengerti kehendak Allah yang tersembunyi di balik perumpamaan-perumpamaan.

Namun perlu diingat bahwa pewartaan Yesus melalui perumpamaan itu baru bisa dipahami bila manusia memiliki sikap mau mendengarkan, memperhatikan dengan seksama serta memiliki keterbukaan hati bagi kehendak Allah yang diwartakan oleh Yesus.

Perumpamaan tentang penabur yang disampaikan Yesus hendak menegaskan bahwa perjuangan menegakkan kerajaan Allah bukanlah pekerjaan yang mudah karena perjuangan itu sering mendapat tantangan dari kekuatan jahat yang menentang kebaikan. Tetapi Yesus tetap menegaskan agar manusia harus tetap kuat agar mampu mengalahkan kekuatan jahat.

Dalam perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi mau mengajarkan kepada manusia bahwa seringkali perjuangan menegakkan kerajaan Allah bisa dimulai dari hal-hal kecil yang dianggap sepele. Namun jika hal-hal yang sederhana itu dikerjakan dengan tekun akan memberi dampak kebaikan yang lebih besar.

Dalam perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara berharga mau mengatakan bahwa jika kerajaan Allah itu merupakan sesuatu yang penting dan berharga maka setiap orang akan berusaha untuk mencari dan menggapainya. Orang pun akan berani berkorban untuk meninggalkan dan menjual hak miliknya untuk menggapai hal yang lebih berharga.

Dalam menyampaikan pewartaanNya, Yesus tidak memakai kekerasan atau paksaan. Dan melalui perumpamaan tentang pukat, di akhir zaman, manusia akan diadili dan dipisahkan antara mereka yang menerima dan melakukan kerajaan Allah dengan mereka yang menolak kerajaan Allah.

Hal terakhir yang mau ditegaskan  adalah kerajaan Allah baru bermakna dan membangun hidup kita yang percaya bila kita sanggup meninggalkan kebiasaan hidup kita, mengosongkan diri kita dan secara terbuka menerima Yesus sebagai Juru Selamat yang lebih berharga dari segala-galanya dalam hidup kita.

Selain mewartakan kerajaan Allah melalui perumpamaan-perumpamaan, Yesus juga menyampaikan kerajaan Allah melalui perbuatan yang konkret sebagaimana yang dikisahkan dalam Injil Yohanes 11: 17. 19-45.  Dalam kisah Injil ini secara nyata Yesus melakukan tindakan berupa mukjizat yakni membangkitkan Lazarus yang sudah empat hari mati dan dikuburkan. Orang Yahudi berkeyakinan bahwa hanya Allah yang berkuasa membangkitkan orang mati. 

Mukjizat yang dibuat oleh Yesus ini membuat orang Yahudi heran sekaligus bertanya : siap gerangan yang memampukan Yesus bisa melakukan mukjizat membangkitkan orang mati?Bukankah hanya Allah yang bisa melakukannya? Kalau demikian siapakah Dia? Mukjizat yang dibuat Yesus akhirnya membuat orang Yahudi percaya akan Yesus sebagai Mesias.

Melalui mukjizat membangkitkan orang mati Yesus mau menunjukkan kepada dunia bahwa Allah berkuasa atas hidup dan matinya manusia. Allah tidak membiarkan manusia dikuasai oleh kematian karena Allah sendiri yang akan membangkitkannya. Oleh karena itu sudah sepatutnya manusia menunjukkan rasa syukur dan berserah diri kepada Allah.

E. Penutup

Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus sungguh sangat berbeda dengan konsep kerajaan Allah yang berkembang pada zaman Yesus. Ada perbedaan yang mencolok antara konsep kerajaan Allah yang diwartakan dan diperjuangkan oleh Yesus. 

Dalam pewartaan kerajaan Allah Yesus tidak mengesampingkan nilai-nilai duniawi seperti uang dan harta kekayaan, kekuasaan dan jabatan, harga diri dan kehormatan serta kasih. Namun Yesus tetap menegaskan agar manusia tidak diperbudak oleh harta, kekuasaan dan harga diri atau kehormatan. Semuanya itu harus tetap terarah kepada pelayanan dan kasih yang lintas batas serta tidak membeda-bedakan. Yesus memperjuangkan kasih yang universal bahkan kasih kepada musuh sekalipun (Mat 5: 44).

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Memahami Kerajaan Allah pada Zaman Yesus"

Posting Komentar