Hakikat dan Konsekuensi Gereja Sebagai Umat Allah - Perangkat Mengajar Katolik SMA/SMK

Hakikat dan Konsekuensi Gereja Sebagai Umat Allah

Menyebut kata gereja pikiran orang pada umumnya tertuju kepada gedung yang menjadi tempat ibadah bagi orang katolik atau pun orang Kristen lainnya. Hal ini disebabkan karena setiap hari Minggu orang Kristen melakukan kegiatan (ibadat) keagamaan di dalam gedung gereja. Hal ini pun benar adanya.

Namun sesungguhnya kata gereja tidak hanya mengarah kepada gedung melainkan kumpulan orang-orang yang percaya kepada Kristus. Dengan demikian gereja bukan hanya sekedar sebagai sebuah gedung atau ruangan untuk berdoa atau melaksanaakan kebaktian keagamaan Kristen. Lebih dari itu gereja juga dimengerti sebagai umat Allah.

Melalui artikel sederhana ini, pembaca akan diarahkan untuk memahami hakikat gereja yang sesungguhnya, sekaligus menghayatinya dalam kehidupan nyata. Selain ditujukan untuk pembaca pada umumnya, tulisan ini juga dtujukan kepada orangtua atau wali murid dan para peserta didik kelas Sebelas Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bacaan tambahan dalam memahami pelajaran Pendidikan Agama katolik dan Budi Pekerti.

Membaca
Foto oleh @thiszun (ikuti saya di IG, FB) dari Pexels

Adapun materi utama yang tertuang dalam artikel ini berasal dari buku guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas Sebelas edisi revisi tahun 2017 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Konten yang termuat di dalamnya dikemas sedemikian rupa agar peserta didik lebih mudah mengerti atau memahami setiap butiran materi tentang Gereja sebagai Umat Allah.

Selain itu, para peserta didik ketika mendapat tugas akan langsung diarahkan ke pokok materi yang sesuai. Ada begitu banyak materi terkait yang berseliweran di jagat maya. Namun tidak jarang dijumpai materi pelajaran yang tidak sesuai dengan judul yang terpampang. Memang ada banyak buku elektronik gratis namun tidak sedikit pula yang meminta bayaran. Karena itu penulis terpanggil untuk menyediakan platform yang mudah diakses dan menyajikan materi ajar agama Katolik yang memang berasal dari sumber  yang kredibel.

Mengenal Konsep Gereja dalam Masyarakat Umum

Masyarakat pada umumnya (orang Kristen dan non Kristen), mempunyai konsep yang berbeda-beda jika ditanyakan tentang apa itu gereja. Tentu konsep gereja yang mereka sampaikan menunjukkan sejauh mana pemahaman mereka tentang gereja.

Berikut ini merupakan beberapa konsep gereja yang sering dijumpai atau yang selalu muncul dalam kehidupan bermasyarakat:

Gereja adalah gedung, Gereja adalah rumah Allah, tempat beribadat, misa, atau merayakan ekaristi Umat Katolik atau Umat kristiani pada umumnya.Gereja adalah ibadat; Gereja adalah lembaga rohani yang menyalurkan kebutuhan manusia dalam relasinya dengan Allah lewat ibadat-ibadat. Atau, Gereja adalah lembaga yang mengatur dan menyelenggarakan ibadat-ibadat. Gereja adalah persekutuan Umat yang beribadat. Gereja adalah ajaran; Gereja adalah lembaga untuk mempertahankan dan mempropagandakan seperangkat ajaran yang biasanya dirangkum dalam sebuah buku yang disebut Katekismus. Untuk bisa menjadi anggota Gereja, si calon harus mengetahui sejumlah ajaran/doktrin/dogma. Menjadi anggota Gereja berarti menerima sejumlah “kebenaran”. Gereja adalah organisasi/lembaga sejagat/internasional; Gereja adalah organisasi dengan pemimpin tertinggi di Roma dengan cabang-cabangnya sampai ke pelosok-pelosok seantero jagat. Garis komando dan koordinasi diatur dengan rapi dan teliti. Ada pimpinan; Paus, para Uskup, Para Pastor, Biarawan dan Umat. Gereja adalah Umat pilihan; Gereja adalah kumpulan orang yang dipilih dan dikhususkan Allah untuk diselamatkan. Tanpa menjadi anggota Gereja maka tidak akan diselamatkan masuk surga. Gereja adalah badan sosial; Gereja adalah Lembaga yang menyelenggarakan sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit dan macam-macam usaha untuk menolong orang miskin.

Konsep-konsep gereja yang disampaikan di atas memang ada benarnya. Namun konsep-konsep tersebut belum menggambarkan atau belum mengungkapkan hakekat gereja yang sesungguhnya. Oleh Karena itu untuk dapat memahami dan mengerti tentang konsep gereja yang sesungguhnya, pada bagian berikut ini akan disampaikan konsep gereja berdasarkan bacaan Kitab Suci dan juga berdasakan ajaran gereja sebagaimana yang termuat dalam dokumen-dokumen gereja.

Berdasarkan asal usulnya (etimologi), Kata “Gereja”, berasal dari bahasa Portugis, yaitu igreja yang diambil dari kata bahasa Yunani ekklesia yang berarti kumpulan, pertemuan, rapat. Paus Fransiskus dalam kesempatan audiensi umum tanggal 29 Mei 2013 di lapangan Santo Petrus menjelaskan tentang ekklesia atau Gereja seperti berikut ini:

Ekklesia sebagai pertemuan akbar orang-orang yang dipanggil: Allah memanggil kita semua untuk menjadi keluargaNya. Gereja, adalah kasih Allah yang diaktualisasikan dalam mencintai diri-Nya dan orang lain, semua orang, tanpa membeda-bedakan. Gereja adalah keluarga yang kita cintai dan mencintai kita. Gereja menjadi nyata ketika karunia Roh Kudus memenuhi hati para Rasul dan membakar semangat mereka untuk pergi ke luar dan memulai perjalanan mereka untuk mewartakan Injil, menyebarkan kasih Allah.

Berdasarkan pernyataan di atas, Paus Fransiskus lebih menekankan tentang konsep Gereja sebagai umat Allah dalam kesatuan dan persaudaraan yang sejati. Artinya, Gereja merupakan sebuah keluarga besar yang memungkin semua orang di dalamnya menyatakan diri sebagai saudara dan saudari satu sama lain. Semua terpanggil untuk saling berbagi kasih yang tanpa pamrih dengan tidak lagi membeda-bedakan asal usul atau pun kedudukan.

Konsep Gereja sebagai Umat Allah Menurut Kitab Suci dan Ajaran Gereja

Selanjutnya Kitab Suci juga memberikan gambaran yang menjelaskan tentang hakikat gereja sebagai umat Allah. Ada tiga perikop Kitab Suci yang secara jelas memberikan gambaran tentang hal ini, yakni:

Pertama, Kisah Para Rasul 2:41-47 

Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.  Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Berdasarkan kutiban teks Kitab Suci di atas, dapat ditemukan pesan yang menjelaskan bahwa hakikat Gereja adalah persaudaraan yang sejati sebagaimana yang ditampilkan sekaligus menjadi cirikhas Gereja perdana. Situasi seperti itu semestinya harus tetap menjadi gambaran Gereja untuk zaman modern ini, ketika orang lebih cenderung mementingkan dirinya sendiri dan mengabaikan kehidupan orang lain yang membutuhkan pertolongan. Gereja sebagai umat Allah dalam konteks ini adalah kumpulan orang-orang yang percaya pada Yesus Kristus oleh pewartaan Para Rasul dan mereka hidup sehati dan sejiwa dalam semangat kasih persaudaraan.

Kedua adalah kutipan bacaan yang diambil dari Korintus 12:7-11

Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.

Konsep Gereja sebagai umat Allah berdasarkan bacaan Kitab suci di atas adalah adanya rupa-rupa karunia yang dimiliki setiap umat. Rupa-rupa karunia itu merupakan kekayaan yang bisa digunakan untuk seluruh umat. Dengan demkian, konsep Gereja yang menekankan segi organisatoris hanya akan melemahkan bahkan mematikan karisma dan karunia yang ada dalam diri setiap jemaat sebagai anggota Gereja. Karisma atau rupa-rupa karunia yang dimiliki bukan untuk menunjukkan kehebatan atau untuk saling menjatuhkan melainkan untuk keperluan seluruh umat dalam karya pelayanan.

Ketiga dari 1 Korintus 12:12 – 18

Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. Andaikata kaki berkata: “Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Dan andaikata telinga berkata: “Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh”,jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman?  Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.

Berdasarkan kutipan teks Kitab Suci di atas, Gereja sebagai umat Allah berarti semua orang yang merasa menghayati martabat yang sama sebagai anggota Gereja akan bertanggung jawab secara aktif dalam fungsinya masing-masing. Tujuannya adalah  untuk membangun Gereja dan memberi kesaksian kepada dunia. Setiap anggota Gereja mempunyai perannya masing-masing. Peran itu merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dalam keatuannya dengan Gereja.

Hakikat dan Konsekuensi Gereja sebagai Umat Allah

Konsili Vatikan II dalam dokumen Lumen Gentium (artikel 2, 4 dan 7) memaparkan tentang hakikat dan konsekuensi Gereja sebagai umat Allah. Berikut ini merupakan penjelasannya:

Hakikat Gereja sebagai umat Allah adalah umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah adalah bangsa terpilih, bangsa terpanggil. Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan dunia. Hubungan antara Allah dan Umat-Nya dimeteraikan oleh suatu perjanjian. Umat harus menaati perintah-perintah Allah dan Allah akan selalu menepati janji-janjiNya. Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati padang pasir, menuju Tanah Terjanji. Artinya kita sebagai Gereja, Umat Allah sedang berziarah menuju di dunia menuju rumah Bapa di surga. Hakikat Gereja sendiri adalah persaudaraan cinta kasih, sebagaimana jelas tampak dalam praktek hidup Gereja Perdana. Adanya aneka macam karisma dan karunia yang tumbuh di kalangan Umat yang semestinya dipelihara dan dikembangkan untuk pelayanan dalam jemaat. Seluruh anggota Gereja memiliki martabat yang sama sebagai satu anggota Umat Allah meskipun di antara mereka terdapat fungsi yang berbeda-beda. Sedangkan konsekuensi Gereja sebagai umat Allah meliputi konsekuensi untuk umat atau awam, konsekuensi untuk hierarki dan konsekuensi dalam hubungan hierarki dan umat.

Konsekuensi untuk umat awam yakni umat harus menyadari kesatuannya dengan umat yang lain,artinya umatmenghayati iman dalam kebersamaan. Umat juga aktif mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan hidup menggereja di  lingkungan atau wilayahnya dengan segala karisma dan karunia yang dimilikinya.

Konsekuensi untuk hierarki antara lain Hierarki mesti menyadari bahwa tugas kepemimpinan yang diembannya adalah tugas pelayanan. Mereka berada di tengah-tengah umat sebagai pelayan. Hierarki semestinya memberi ruang dan tempat bagi umat untuk berperan aktif ikut dalam membangun Gereja dengan karisma dan karunia yang mereka miliki.

Dan dalam kaitan konsekuensi dalam hubungan hierark dengan umatyaitu Hierarki harus memandang umat sebagai partner kerja dalam membangun Gereja, bukan sebagai pelengkap penderita yang seolah-olah tidak berperan apa-apa. Hierarki juga harus memperlakukan seluruh anggota Gereja sebagai satu Umat Allah yang memiliki martabat yang sama meskipun menjalankan fungsi yang berbeda-beda.

Kesimpulan

Ada banyak konsep Gereja ada dalam masyarakat secara luas. Namun konsep Gereja yang sesungguhnya haruslah bercermin pada Kitab Suci dan Ajaran Gereja. Hakikat Gereja sesungguhnya adalah sebagai umat Allah dengan aneka karisma dan karunia yang dimilki oleh setiap umat. Konsep Gereja sebagai umat Allah ini membawa konsekuensi logis dalam peran atau tugas anggota Gereja, yakni umat Allah sebagai Awam, umat Allah sebagai hierarki, serta hubungan antara awam dan hierarki.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hakikat dan Konsekuensi Gereja Sebagai Umat Allah"

Posting Komentar