Dialog Antarumat Beragama dan Kepercayaan Lain - Perangkat Mengajar Katolik SMA/SMK

Dialog Antarumat Beragama dan Kepercayaan Lain

Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tentu saling membutuhkan satu sama lain. Namun tidak bisa disangkal bahwa dalam perjumpaan manusia yang satu dengan manusia yang lain terjadi benturan yang disebabkan oleh perbedaan suku, agama, ras, kebudayaan, pandangan hidup dan lain-lainnya. Kenyataan ini juga yang mendorong banyak pihak atau kalangan untuk mengupayakan dialog demi terciptanya perdamaian.

Seorang pemikir sekaligus penggagas rumusan etika global yaitu Hans Kung pernah mengatakan: 

Tidak akan ada perdamaian dunia tanpa adanya perdamaian agama-agama, tidak akan ada perdamaian agama tanpa adanya dialog antar agama, tidak akan ada dialog antara agama tanpa melacak nilai fundamental dari setiap agama.

Pernyataan Hans Kung ini sesungguhnya masih relevan dengan keadaan dunia sekarang. Hal ini nyata ketika muncul kasus-kasus kekerasan antar kelompok umat bergama. Karena itu, dialog antara umat beragma dan kepercayaan di Indonesia sangat penting bahkan menjadi sebuah kebutuhan dalam hidup bermasyarakat.

Dialog

Nilai-nilai fundamental setiap agama di Indonesia memang sebaiknya diajarkan kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat memahami dan menghargai keberagaman serta keberadaan agama lain. Oleh karena itu, dalam pelajaran pendidikan agama Katolik di sekolah tema-tema tentang agama lain juga diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Tujuannya agar para peserta didik mengenal, memahami, serta dapat bersikap positif terhadap agama-agama lain sehingga dapat bergaul tanpa ada perasaan curiga sekaligus membangun masyarakat yang damai dan sejahtera dan bebas dari kekerasan.

Ajaran Gereja Katolik tentang Dialog Antarumat Beragama

Gereja Katolik tentu memiliki cara dan ajaran bagaimana membangun dialog dengan umat beragama lainnya. Hal ini telah jelas dituangkan dalam dokumen konsili Vatikan II yakni Nostra Aetate terutama artikel 2. Berikut ini merupakan petikannya:

Gereja katolik tidak menolak apapun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, Tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenartan dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.  Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta peri hidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka. 

Berdasarkan dokumen di atas, Gereja Katolik sama sekali tidak menolak apa pun yang benar dan suci dalam agama-agama lain, bahkan dengan sikap hormat yang tulus gereja merenungkan cara-cara bertindak dan kaidah hidup dari agama lain meski dalam banyak hal berbeda namun tidak jarang memantulkan sinar kebenaran yang menerangi semua orang.

Bentuk-bentuk Dialog yang Bisa dibangun

Ada pun bentuk-bentuk dialog yang mestinya dibangun antara lain sebagai berikut:

  • Dialog Kehidupan, Kenyataan menunjukkan bahwa kita hidup berdampingan dengan umat beragama lain dalam satu lingkungan atau wilayah. Dalam pergaulan sudah pasti kita akan saling bertegur sapa dan saling mendukung, saling membantu satu sama lain. Hal ini dilakukan bukan saja demi tuntutan sopan santun dan etika pergaulan tetapi lebih dari itu juga merupakan tuntutan iman kita. Dari sini akan terjalin sebuah dialog kehidupan
  • Dialog Karya, Dalam hidup bersama dengan umat beragama lain kita diajak dan didorong untuk bekerja sama demi kepentingan bersama atau untuk kepentingan kelompok masyarakat yang lebih luas. Kita diajak untuk bekerja sama dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, kegiatan sosial karitatif atau kegiatan kemanusiaan. melalui kegiatan-kegiatan seperti ini kita akan lebih saling mengenal seklaigus menghargai satu sama lain.
  • Dialog Iman, Walau kita berbeda agama, kita akan saling memperkaya. Karena sejujurnya ada banyak ajaran agama yang sama, ada juga kesamaan visi dan misi agama. Dan di atas segalanya kita mempunyai perjuangan yang sama dalam menghayati ajaran iman kita. Artinya, kita dapat saling belajar, saling meneguhkan dan saling memperkaya. Sebagai orang Katolik kita dapat memberikan kesaksian iman kita tentang bagaimana menghayati nilai-nilai Injil seperti cinta kasih, solidaritas, pengampunan, kejujuran, keadilan, perdamaian dan lain sebagainya.
Demikian konsep dan pemahaman tentang pandangan Gereja Katolik tentang dialog antarumat beragama dan kepercayaan lain. Semoga bisa menambah wawasan serta sanggup menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dialog Antarumat Beragama dan Kepercayaan Lain"

Posting Komentar